4 x 6 atau 6 x 4?

Jadi ceritanya wall FB gue adalah salah satu wall FB yang lagi dipenuhin sama link tentang PR matematika anak SD  *nasib begitu banyak anak matematika (atau yang concern soal matematika) di friend list gue*

sebagai orang dengan tingkat sotoy lumayan tinggi, gue jadi gatel deh pengen nulis soal ini…terpanggil banget gitu loh…jadi, selamat berjumpa lagi dalam posting bertema matematika itu menyenangkan!!

jujur, selama belajar matematika di sekolah ditambah kuliah matematika dari S1 sampe S3 gue nggak bisa mengorek memori pernah nggak ya belajar apakah 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 itu 4 x 6 atau 6 x 4…tp gue inget banget kl salah satu sifat dari perkalian itu adalah komutatif (a x b = b x a)

satu lagi yang gue inget banget, guru gue waktu SD pernah bilang walopun sifat komutatif berlaku tp hasil belajar tiap hari 2 jam selama sebulan itu bakal beda sama hasil belajar 30 jam (ini asumsi 1 bulan = 30 hari) selama 2 hari…mengingat bahwa satu hari itu cuma 24 jam, terlepas dari daya tahan belajar & konsentrasi tiap orang yang beda2, sampe sini kaya’nya masih realistis kl gue berharap semua masih pada setuju…

mengingat betapa jagonya orang2 menginterpretasikan cerita & kemudian memelintir kata2 sesuai dengan interpretasi masing2, gue ngerasa perlu tulis disclaimer: jangan pelintir cerita gw di atas bahwa gue mendefinisikan 30 + 30 = 2 x 30, ataupun 30 + 30 = 30 x 2…gitu juga sama 2 + 2 + 2 + … (30 kali, males bok ngetiknya), sampe sini nggak ada definisi itu…

jadi definisi perkalian apa dong?

menurut i coach math:

Multiplication of two numbers is the repeated addition of one number to the number of times equal to the other number.

baca pelan-pelan, one number, to the other number…nggak ada urutannya yah?

terus kl kata wikipedia:

3 multiplied by 4 (often said as “3 times 4”) can be calculated by adding 3 copies of 4 together:

3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12

Here 3 and 4 are the “factors” and 12 is the “product”.

One of the main properties of multiplication is that the result does not depend on the place of the factor that is repeatedly added to itself (commutative property). 3 multiplied by 4 can also be calculated by adding 4 copies of 3 together:

3 x 4 = 3 + 3 + 3 + 3 = 12

sementara di aaa math ada latihannya, cobain sendiri sebelom berasumsi apalagi tarik kesimpulan macem2, nggak ngaruh a + a + a + … (sebanyak b kali) mau dijawab b * a atau a * b dua2nya bener (a dan b random)

balik lagi ke cerita tentang guru SD gue…ini yang gue ngerti setelah baca definisi dari website2 yang gue link di atas: model matematika untuk ngegambarin belajar 2 jam tiap hari selama 1 bulan (asumsiin 1 bulan = 30 hari) adalah 2 + 2 + 2 + 2 … (30 kali, masih males ngetik), terasa natural mungkin utk nulis 30 x 2, tp secara formal sebenernya nggak ada definisi itu, 30 x 2 betul, 2 x 30 pun nggak salah…

terus diskusi ngalor ngidul tentang siapa yang bener/salah, proses, hasil, konsep, esensi berhitung, dsb, ini lagi ngobrolin apaan sih? diskusi tanpa dasar definisi, banyakan debat kusir dan gontok2annya…padahal, perkalian itu netral kan ya? dalam artian, nggak ada orang yang punya kepentingan atau pun diuntungkan kl 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 itu 4 x 6 atau pun 6 x 4? jadi kenapa yang satu harus dibilang salah dan yang laen bener, sementara secara formal nggak ada definisi mana yang bener dan mana yang salah? kl hal yang netral kaya’ gini aja di bikin supaya cuma ada satu yang bener mutlak, dengan argumen2 yang tidak firm, bahkan mengada2 cuma supaya pendapat sendiri terlihat bener, lalu apa kabar sama pelajaran semacam agama, sejarah, atau statistik, di mana ada pihak2 berkepentingan yang diuntungkan atas nama “kebenaran”? atau jangan2 gue yang naif, perkalian sebetulnya tidak senetral itu?

sigh, what do I know…mungkin ini sebenernya bukan pelajaran matematika…tp bahan dasar supaya anak belajar untuk bisa ngungkapin pendapat, adu argumen, dan respek sama pendapat orang lain? pelajaran yang kaya’nya bukan cuma buat anak SD, tp juga buat orang dewasa…semoga gue (dan siapa pun yang baca blog ini) at the end of the school (of life?) bisa ya ngehargain pendapat orang laen & adu argumen dengan tenang, syukur2 ditunjang sama pengertian tentang masalah berdasarkan fakta & bukti…jangan sampe ngertinya setengah2, buktinya diada2in, cari faktanya nol, tp ngotot & gontok2annya pol…